awawawawaw

HEHE HAHA

nom nom nom

Ssshhheeesssshhhhhhh

Ngiongg

tol Pentol

IbuuhhUuhhuUUuuuu

Ibumu siapa? hehe.

Cap cip cup

Salah yang bener aku cinta kamu.

Gula itu manis

Tapi manisan kamu, hihi.

Aku mencintainya

Tergambar 1000 caraku untuk selalu jatuh cinta padamu

Kamis, 22 September 2022

Pentigraf #7

 Akhir dari Sebuah Cerita

    Kehidupan merupakan suatu kebohongan yang dibuat sedemikian rupa indahnya dan tersusun dengan sangat rapi. Apa yang terjadi setelah seseorang dihadapkan oleh kematian? Akankah itu surga, neraka, atau reinkarnasi. Seorang terus bertahan hidup dengan tangisan, tujuan, dan rasa percaya. Aku belum menyadarinya saat itu.

    Pagi hari, semua terasa membosankan. Layaknya monokrom yang berwarna hitam putih. Aku bangun disambut dengan senyum ibuku yang tiada hentinya ia tunjukkan kepadaku. Dengan gonggongan anjingku yang tiap hari menyambutku. Dengan nasehat ayahku yang tiada hentinya menegurku. Hatiku terasa hampa di semua kehangatan itu. Mungkin tersenyum adalah langkah yang tepat untuk mengawali semua hariku.

    Hingga saat itu,

Kamis, 15 September 2022

Pentigraf #6

 Kejanggalan

    Sore itu terasa menyenangkan bagi Kara karena ia mendapatkan kembali apa yang diinginkannya.
Angin bertiup secara perlahan membuat suasana menjadi nyaman dan hangat. Suara sekumpulan anak kecil yang sedang bercanda tawa di tepi sungai. Air matanya jatuh tanpa disadarinya, karena perasaan rindu akan sesuatu yang tak diketahuinya.

    Keesokannya Kara dibawa oleh saudara-saudaranya ke sebuah tempat. Tempat yang katanya adalah tempat yang indah untuk Kara. Selama perjalanan matanya ditutupi oleh kain agar bisa menjadi sebuah kejutan. Sesampainya di tempat yang dituju, Kara perlahan membuka kain penutup matanya. Ternyata tempat yang dituju adalah rumah yang sudah cukup tua. Tempat itu terasa asing baginya, tetapi ada perasaan mengganjal di sana. Kara perlahan mulai menelusuri tempat.

    Ia mulai dengan berjalan perlahan dan memasuki rumah itu. Kara memperhatikan setiap sudut ruangan yang mulai tak terasa asing baginya. Dia menemukan sebuah kotak kecil yang didalamnya ada foto dirinya saat kecil bersama dua orang yang sangat tua. Seketika dia mulai merasakan merinding, perasaan kaget dan aneh pada dirinya. Air matanya mulai berjatuhan dan terus terjatuh. Ingatannya mulai kembali. Mereka adalah kakek neneknya 15 tahun yang lalu. Kara mengalami kecelakaan saat dirinya kecil yang membuatnya kehilangan ingatan dan kakek neneknya.


Sabtu, 03 September 2022

Pentigraf #5


 Lantai Ketiga

 Sekolahku, sekolah swasta berlantai 2. Banyak hal yang terdapat disana, banyak hal pula yang dapat kupetik dari sana. Banyak kejadian yang terjadi, mulai dari senang, sedih, amarah, kecewa, dan banyak lagi. Teman yang berbagai macam sifatnya yang secara perlahan dapat mendewasakanku. seumpama hubungan flora dan fauna yang saling melengkapi di sebuah ekosistem.

    Kala itu, entah bagaimana caranya aku berada di lantai ketiga. Lantai yang tak pernah ada, lantai yang tak memiliki wujud dan misterius itu. sebagaimana semua muncul dalam kedipan mata. Masih tak percaya akan situasi ini, aku mencoba memejamkan mata "Bagaimana bisa ada lantai ketiga di sini?" kataku dengan heran. "Tentu saja ada bodoh" kata temanku dengan nada ejekan penuh tawa yang entah muncul darimana, ialah Rio sahabat karibku. Sontak aku terkaget dan perasaan lega muncul karena aku tak sendirian. Lalu aku mengajak Rio untuk menyusuri tempat ini karena jiwa penasaranku yang membara. dengan berdebar-debar aku menyusuri setiap lorongnya. Lorong yang terlihat tua dan ditinggalkan, terdapat lumut dan tumbuhan dimana-mana. Hawa dingin dan sunyi yang bertebaran disana. Terasa suasana dengan banyaknya orang bercakap-cakap disana, keramaian yang tak terlihat namun dapat dirasakan. 

    Berjalan dan terus berjalan. Aku dan Rio terus berjalan tanpa menemukan ujung. Sudah cukup waktu yang lama seperti menunggu seorang wanita selesai berdandan. Akhirnya aku menemukan sebuah tangga, aku mencoba melihat ke atas. Yang kulihat adalah jalan menuju ke atap, dan disana aku juga melihat seorang dengan posisi jongkok dengan bola mata merah yang sedang menatapku. Secara reflek aku segera berpura-pura tidak melihat apa pun lalu mengajak Rio untuk lanjut berjalan. Kami bercanda ria agar kesunyian tidak melahap kami dalam-dalam. Lalu karena kami lelah hanya berjalan ke lorong, kami mencoba masuk ke sebuah ruangan kelas. Ruangan yang kosong, dengan lemari, papan, kapur, meja dan kursi. Tetapi kami menemukan sebuah ruang rahasia di dinding yang berlubang, aku dan Rio mencoba masuk lewat celah itu dengan merangkak. Di dalam terdapat ruangan yang sangat besar, dan ada rumah berwarna putih disana. Aku berjalan dan mencoba menuju sana. Sampailah disana, aku mencoba mengintip dan kulihat orang-orang disana dengan bahagia bermain. Tak lama kemudia mereka menyadari keberadaanku, mereka mencoba mendatangiku. Aku berbalik arah dan mencoba untuk kabur, tanpa kusadari Rio tepat berada dibelakangku. Rio dengan pisau yang entah darimana datangnya "Kamu sudah melihat terlalu banyak".  Sampai saat ini, aku masih heran kenapa Rio melakukan itu.

Kamis, 01 September 2022

Pentigraf #4

Rute Jalan



    Siang itu saat aku pulang sekolah, aku berjalan menuju rumahku dengan rute yang berbeda dari biasaya. Aku berjalan menyusuri gang-gang kecil dengan rumah yang kosong serta suasana yang sunyi dan senyap. Hingga aku berjalan sampai di pertigaan gang mendengar sebuah jeritan orang meminta tolong "Tolong.. tolong", suara itu terdengar dari rumah kecil bercat merah dengan halaman yang cukup luas. Keraguan datang pada diriku untuk menolong orang itu atau tetap fokus berjalan untuk pulang ke rumah. Namun hati nuraniku mengatakan aku harus membantu dia.

    Kudatangi rumah itu dengan hati-hati, semakin dekat aku dengan rumah itu semakin keras pula suara teriakannya. Hingga aku sampai di depan pintu, terdengar suara pukulan benda keras seperti bunyi batu yang dipukul oleh palu. Aku gemetar dan merinding mendengarnya, sejenak kupikir apa yang terjadi di dalam rumah itu"bunyi apa itu, darimana itu berasal?" kataku dalam hati, dan kudapatkan bunyi itu berasal dari dapur di belakang rumah yang terdapat jendelanya. Akhirnya kuputuskan untuk melirik ke jendela dan aku melihat seseorang dengan baju hitam sedang menikam dan menghancurkan kepala seorang. Korban tersebut adalah remaja perempuan yang mungkin baru saja pulang dari sekolah. Aku shock melihatnya hingga berteriak. Teriakan itu membuat pembunuh itu sadar akan kehadiranku. Panik teramat panik, aku berlari tunggang langgang meninggalkan rumah itu.
    Aku berlari sekencang-kencangnya, berlari kemanapun aku bisa sambil berharap aku tidak terbunuh. Aku berlari tanpa memikirkan rute pulangku. Hingga pada rute pertigaan, tak terasa di belakang ada yang mau menghampiriku. Seketika aku pingsan. Aku terbangun dan aku tersadar bahwa itu semua adalah mimpi, "Syukurlah itu hanyalah mimpi" kataku. Aku mulai bangun dari kasurku dan meregangkan tubuhku. Aku mendengar suara tangisan dari saudara dan orang tuaku. Aku membuka pintu dan kulihat tubuhku yang tertutup kain putih serta polisi yang membawa kartu pelajarku yang berlumuran darah.