Kamis, 01 September 2022

Pentigraf #4

Rute Jalan



    Siang itu saat aku pulang sekolah, aku berjalan menuju rumahku dengan rute yang berbeda dari biasaya. Aku berjalan menyusuri gang-gang kecil dengan rumah yang kosong serta suasana yang sunyi dan senyap. Hingga aku berjalan sampai di pertigaan gang mendengar sebuah jeritan orang meminta tolong "Tolong.. tolong", suara itu terdengar dari rumah kecil bercat merah dengan halaman yang cukup luas. Keraguan datang pada diriku untuk menolong orang itu atau tetap fokus berjalan untuk pulang ke rumah. Namun hati nuraniku mengatakan aku harus membantu dia.

    Kudatangi rumah itu dengan hati-hati, semakin dekat aku dengan rumah itu semakin keras pula suara teriakannya. Hingga aku sampai di depan pintu, terdengar suara pukulan benda keras seperti bunyi batu yang dipukul oleh palu. Aku gemetar dan merinding mendengarnya, sejenak kupikir apa yang terjadi di dalam rumah itu"bunyi apa itu, darimana itu berasal?" kataku dalam hati, dan kudapatkan bunyi itu berasal dari dapur di belakang rumah yang terdapat jendelanya. Akhirnya kuputuskan untuk melirik ke jendela dan aku melihat seseorang dengan baju hitam sedang menikam dan menghancurkan kepala seorang. Korban tersebut adalah remaja perempuan yang mungkin baru saja pulang dari sekolah. Aku shock melihatnya hingga berteriak. Teriakan itu membuat pembunuh itu sadar akan kehadiranku. Panik teramat panik, aku berlari tunggang langgang meninggalkan rumah itu.
    Aku berlari sekencang-kencangnya, berlari kemanapun aku bisa sambil berharap aku tidak terbunuh. Aku berlari tanpa memikirkan rute pulangku. Hingga pada rute pertigaan, tak terasa di belakang ada yang mau menghampiriku. Seketika aku pingsan. Aku terbangun dan aku tersadar bahwa itu semua adalah mimpi, "Syukurlah itu hanyalah mimpi" kataku. Aku mulai bangun dari kasurku dan meregangkan tubuhku. Aku mendengar suara tangisan dari saudara dan orang tuaku. Aku membuka pintu dan kulihat tubuhku yang tertutup kain putih serta polisi yang membawa kartu pelajarku yang berlumuran darah.

Related Posts:

  • Pentigraf #7 Akhir dari Sebuah Cerita    Kehidupan merupakan suatu kebohongan yang dibuat sedemikian rupa indahnya dan tersusun dengan sangat rapi. Apa yang terjadi setelah seseorang dihadapkan oleh kematian? Akankah itu s… Read More
  • Pentigraf #4Rute Jalan    Siang itu saat aku pulang sekolah, aku berjalan menuju rumahku dengan rute yang berbeda dari biasaya. Aku berjalan menyusuri gang-gang kecil dengan rumah yang kosong serta suasana yang sunyi dan s… Read More
  • Pentigraf #9 Kebohongan"... Aku menyukai taman itu, bahkan jika tidak ada kupu-kupu didalamnya..."    `"Kesepian, benci, amarah, kebohongan, menyakitkan, menyebalkan, egois, bodoh, aku iri, kenapa, kenapa, KENAPA?! Siapa y… Read More
  • Pentigraf #8Tentangnya    Aku mulai terbiasa dengan sikapnya yang terkadang membuatku heran. Dialah pacarku, Senzawa. Aku mengenalnya saat di bangku SMA, sungguh pertemuan yang tidak terduga. Seseorang tidak akan dipertemukan t… Read More
  • Pentigraf #5 Lantai Ketiga Sekolahku, sekolah swasta berlantai 2. Banyak hal yang terdapat disana, banyak hal pula yang dapat kupetik dari sana. Banyak kejadian yang terjadi, mulai dari senang, sedih, amarah, kecewa, dan banyak… Read More

0 komentar:

Posting Komentar