Lantai Ketiga
Sekolahku, sekolah swasta berlantai 2. Banyak hal yang terdapat disana, banyak hal pula yang dapat kupetik dari sana. Banyak kejadian yang terjadi, mulai dari senang, sedih, amarah, kecewa, dan banyak lagi. Teman yang berbagai macam sifatnya yang secara perlahan dapat mendewasakanku. seumpama hubungan flora dan fauna yang saling melengkapi di sebuah ekosistem.
Kala itu, entah bagaimana caranya aku berada di lantai ketiga. Lantai yang tak pernah ada, lantai yang tak memiliki wujud dan misterius itu. sebagaimana semua muncul dalam kedipan mata. Masih tak percaya akan situasi ini, aku mencoba memejamkan mata "Bagaimana bisa ada lantai ketiga di sini?" kataku dengan heran. "Tentu saja ada bodoh" kata temanku dengan nada ejekan penuh tawa yang entah muncul darimana, ialah Rio sahabat karibku. Sontak aku terkaget dan perasaan lega muncul karena aku tak sendirian. Lalu aku mengajak Rio untuk menyusuri tempat ini karena jiwa penasaranku yang membara. dengan berdebar-debar aku menyusuri setiap lorongnya. Lorong yang terlihat tua dan ditinggalkan, terdapat lumut dan tumbuhan dimana-mana. Hawa dingin dan sunyi yang bertebaran disana. Terasa suasana dengan banyaknya orang bercakap-cakap disana, keramaian yang tak terlihat namun dapat dirasakan.
Berjalan dan terus berjalan. Aku dan Rio terus berjalan tanpa menemukan ujung. Sudah cukup waktu yang lama seperti menunggu seorang wanita selesai berdandan. Akhirnya aku menemukan sebuah tangga, aku mencoba melihat ke atas. Yang kulihat adalah jalan menuju ke atap, dan disana aku juga melihat seorang dengan posisi jongkok dengan bola mata merah yang sedang menatapku. Secara reflek aku segera berpura-pura tidak melihat apa pun lalu mengajak Rio untuk lanjut berjalan. Kami bercanda ria agar kesunyian tidak melahap kami dalam-dalam. Lalu karena kami lelah hanya berjalan ke lorong, kami mencoba masuk ke sebuah ruangan kelas. Ruangan yang kosong, dengan lemari, papan, kapur, meja dan kursi. Tetapi kami menemukan sebuah ruang rahasia di dinding yang berlubang, aku dan Rio mencoba masuk lewat celah itu dengan merangkak. Di dalam terdapat ruangan yang sangat besar, dan ada rumah berwarna putih disana. Aku berjalan dan mencoba menuju sana. Sampailah disana, aku mencoba mengintip dan kulihat orang-orang disana dengan bahagia bermain. Tak lama kemudia mereka menyadari keberadaanku, mereka mencoba mendatangiku. Aku berbalik arah dan mencoba untuk kabur, tanpa kusadari Rio tepat berada dibelakangku. Rio dengan pisau yang entah darimana datangnya "Kamu sudah melihat terlalu banyak". Sampai saat ini, aku masih heran kenapa Rio melakukan itu.
0 komentar:
Posting Komentar