awawawawaw

HEHE HAHA

nom nom nom

Ssshhheeesssshhhhhhh

Ngiongg

tol Pentol

IbuuhhUuhhuUUuuuu

Ibumu siapa? hehe.

Cap cip cup

Salah yang bener aku cinta kamu.

Gula itu manis

Tapi manisan kamu, hihi.

Aku mencintainya

Tergambar 1000 caraku untuk selalu jatuh cinta padamu

Sabtu, 19 November 2022

Pentigraf #8


Tentangnya

    Aku mulai terbiasa dengan sikapnya yang terkadang membuatku heran. Dialah pacarku, Senzawa. Aku mengenalnya saat di bangku SMA, sungguh pertemuan yang tidak terduga. Seseorang tidak akan dipertemukan tanpa maksud dan tujuan, itulah yang kupercaya. Senzawa cukup unik bagiku, dialah yang mewarnai hidupku. Kuharap hubungan kecil ini dapat berjalan selamanya.

    Aku masuk sekolah terlalu pagi dari biasanya. Kelas masihlah sepi, aku mencoba menghibur diriku dengan menggambar. Waktu terus berlalu, kuhiraukan suara temanku yang datang beriringan dengan suara gemerisik yang tak bisa memecahkan fokusku. Hingga dia datang, mataku terfokus olehnya. "Pagi" kataku, ia membalasnya dengan tersenyum serta ekspresi yang berbeda dari biasanya. aku bertanya-tanya akan hal itu. "Kenapa?" tanyaku, "Wah gambarmu bagus sekali!" katanya dengan mengalihkan topik pembicaraan. Wajahnya terkesan tidak seperti orang yang sedang kagum, mungkin itu hanya pikiranku saja. Senzawa pergi bergegas ke bangkunya dan meninggalkanku, entah apa yang terjadi pada pagi ini. Aku mencoba berpikir positif dan melanjutkan hariku.

    "Hey, ayo jalan-jalan malam ini" aku memberanikan diri untuk memberinya pesan itu. "Baiklah" katanya dengan singkat, itu cukup membuatku senang.  Kita berjalan bersama di kesunyian malam, hanya ada aku dengannya. Kami mengobrol asik hingga dia tiba-tiba berkata, "Hey, maafkan aku", "maaf kenapa? apa yang kamu maksud Sen?" tanyaku penuh heran, aku takut dengan jawaban yang membuatku sakit hati. Aku memberanikan diri untuk melanjutkannya. "Maafkan aku, karenaku kamu mati saat itu" kata Senzawa. Ternyata hanya hal sepele itu, aku lega mendengarnya. "Ma-maafkan aku" dia terus meminta maaf sambil menangis sejadi-jadinya. Sungguh, dialah pujaan hatiku.




Kamis, 22 September 2022

Pentigraf #7

 Akhir dari Sebuah Cerita

    Kehidupan merupakan suatu kebohongan yang dibuat sedemikian rupa indahnya dan tersusun dengan sangat rapi. Apa yang terjadi setelah seseorang dihadapkan oleh kematian? Akankah itu surga, neraka, atau reinkarnasi. Seorang terus bertahan hidup dengan tangisan, tujuan, dan rasa percaya. Aku belum menyadarinya saat itu.

    Pagi hari, semua terasa membosankan. Layaknya monokrom yang berwarna hitam putih. Aku bangun disambut dengan senyum ibuku yang tiada hentinya ia tunjukkan kepadaku. Dengan gonggongan anjingku yang tiap hari menyambutku. Dengan nasehat ayahku yang tiada hentinya menegurku. Hatiku terasa hampa di semua kehangatan itu. Mungkin tersenyum adalah langkah yang tepat untuk mengawali semua hariku.

    Hingga saat itu,

Kamis, 15 September 2022

Pentigraf #6

 Kejanggalan

    Sore itu terasa menyenangkan bagi Kara karena ia mendapatkan kembali apa yang diinginkannya.
Angin bertiup secara perlahan membuat suasana menjadi nyaman dan hangat. Suara sekumpulan anak kecil yang sedang bercanda tawa di tepi sungai. Air matanya jatuh tanpa disadarinya, karena perasaan rindu akan sesuatu yang tak diketahuinya.

    Keesokannya Kara dibawa oleh saudara-saudaranya ke sebuah tempat. Tempat yang katanya adalah tempat yang indah untuk Kara. Selama perjalanan matanya ditutupi oleh kain agar bisa menjadi sebuah kejutan. Sesampainya di tempat yang dituju, Kara perlahan membuka kain penutup matanya. Ternyata tempat yang dituju adalah rumah yang sudah cukup tua. Tempat itu terasa asing baginya, tetapi ada perasaan mengganjal di sana. Kara perlahan mulai menelusuri tempat.

    Ia mulai dengan berjalan perlahan dan memasuki rumah itu. Kara memperhatikan setiap sudut ruangan yang mulai tak terasa asing baginya. Dia menemukan sebuah kotak kecil yang didalamnya ada foto dirinya saat kecil bersama dua orang yang sangat tua. Seketika dia mulai merasakan merinding, perasaan kaget dan aneh pada dirinya. Air matanya mulai berjatuhan dan terus terjatuh. Ingatannya mulai kembali. Mereka adalah kakek neneknya 15 tahun yang lalu. Kara mengalami kecelakaan saat dirinya kecil yang membuatnya kehilangan ingatan dan kakek neneknya.


Sabtu, 03 September 2022

Pentigraf #5


 Lantai Ketiga

 Sekolahku, sekolah swasta berlantai 2. Banyak hal yang terdapat disana, banyak hal pula yang dapat kupetik dari sana. Banyak kejadian yang terjadi, mulai dari senang, sedih, amarah, kecewa, dan banyak lagi. Teman yang berbagai macam sifatnya yang secara perlahan dapat mendewasakanku. seumpama hubungan flora dan fauna yang saling melengkapi di sebuah ekosistem.

    Kala itu, entah bagaimana caranya aku berada di lantai ketiga. Lantai yang tak pernah ada, lantai yang tak memiliki wujud dan misterius itu. sebagaimana semua muncul dalam kedipan mata. Masih tak percaya akan situasi ini, aku mencoba memejamkan mata "Bagaimana bisa ada lantai ketiga di sini?" kataku dengan heran. "Tentu saja ada bodoh" kata temanku dengan nada ejekan penuh tawa yang entah muncul darimana, ialah Rio sahabat karibku. Sontak aku terkaget dan perasaan lega muncul karena aku tak sendirian. Lalu aku mengajak Rio untuk menyusuri tempat ini karena jiwa penasaranku yang membara. dengan berdebar-debar aku menyusuri setiap lorongnya. Lorong yang terlihat tua dan ditinggalkan, terdapat lumut dan tumbuhan dimana-mana. Hawa dingin dan sunyi yang bertebaran disana. Terasa suasana dengan banyaknya orang bercakap-cakap disana, keramaian yang tak terlihat namun dapat dirasakan. 

    Berjalan dan terus berjalan. Aku dan Rio terus berjalan tanpa menemukan ujung. Sudah cukup waktu yang lama seperti menunggu seorang wanita selesai berdandan. Akhirnya aku menemukan sebuah tangga, aku mencoba melihat ke atas. Yang kulihat adalah jalan menuju ke atap, dan disana aku juga melihat seorang dengan posisi jongkok dengan bola mata merah yang sedang menatapku. Secara reflek aku segera berpura-pura tidak melihat apa pun lalu mengajak Rio untuk lanjut berjalan. Kami bercanda ria agar kesunyian tidak melahap kami dalam-dalam. Lalu karena kami lelah hanya berjalan ke lorong, kami mencoba masuk ke sebuah ruangan kelas. Ruangan yang kosong, dengan lemari, papan, kapur, meja dan kursi. Tetapi kami menemukan sebuah ruang rahasia di dinding yang berlubang, aku dan Rio mencoba masuk lewat celah itu dengan merangkak. Di dalam terdapat ruangan yang sangat besar, dan ada rumah berwarna putih disana. Aku berjalan dan mencoba menuju sana. Sampailah disana, aku mencoba mengintip dan kulihat orang-orang disana dengan bahagia bermain. Tak lama kemudia mereka menyadari keberadaanku, mereka mencoba mendatangiku. Aku berbalik arah dan mencoba untuk kabur, tanpa kusadari Rio tepat berada dibelakangku. Rio dengan pisau yang entah darimana datangnya "Kamu sudah melihat terlalu banyak".  Sampai saat ini, aku masih heran kenapa Rio melakukan itu.

Kamis, 01 September 2022

Pentigraf #4

Rute Jalan



    Siang itu saat aku pulang sekolah, aku berjalan menuju rumahku dengan rute yang berbeda dari biasaya. Aku berjalan menyusuri gang-gang kecil dengan rumah yang kosong serta suasana yang sunyi dan senyap. Hingga aku berjalan sampai di pertigaan gang mendengar sebuah jeritan orang meminta tolong "Tolong.. tolong", suara itu terdengar dari rumah kecil bercat merah dengan halaman yang cukup luas. Keraguan datang pada diriku untuk menolong orang itu atau tetap fokus berjalan untuk pulang ke rumah. Namun hati nuraniku mengatakan aku harus membantu dia.

    Kudatangi rumah itu dengan hati-hati, semakin dekat aku dengan rumah itu semakin keras pula suara teriakannya. Hingga aku sampai di depan pintu, terdengar suara pukulan benda keras seperti bunyi batu yang dipukul oleh palu. Aku gemetar dan merinding mendengarnya, sejenak kupikir apa yang terjadi di dalam rumah itu"bunyi apa itu, darimana itu berasal?" kataku dalam hati, dan kudapatkan bunyi itu berasal dari dapur di belakang rumah yang terdapat jendelanya. Akhirnya kuputuskan untuk melirik ke jendela dan aku melihat seseorang dengan baju hitam sedang menikam dan menghancurkan kepala seorang. Korban tersebut adalah remaja perempuan yang mungkin baru saja pulang dari sekolah. Aku shock melihatnya hingga berteriak. Teriakan itu membuat pembunuh itu sadar akan kehadiranku. Panik teramat panik, aku berlari tunggang langgang meninggalkan rumah itu.
    Aku berlari sekencang-kencangnya, berlari kemanapun aku bisa sambil berharap aku tidak terbunuh. Aku berlari tanpa memikirkan rute pulangku. Hingga pada rute pertigaan, tak terasa di belakang ada yang mau menghampiriku. Seketika aku pingsan. Aku terbangun dan aku tersadar bahwa itu semua adalah mimpi, "Syukurlah itu hanyalah mimpi" kataku. Aku mulai bangun dari kasurku dan meregangkan tubuhku. Aku mendengar suara tangisan dari saudara dan orang tuaku. Aku membuka pintu dan kulihat tubuhku yang tertutup kain putih serta polisi yang membawa kartu pelajarku yang berlumuran darah.

Minggu, 21 Agustus 2022

Pentigraf #3


 Dia



        Aku tinggal di asrama campuran yang berada dekat dengan sekolahku. Disana aku menemukan seorang yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama, dialah Shure. Lelaki tampan yang tinggal di lantai 3 di gedung asramaku. Dia merupakan anak yang ramah dan murah hati, sering ku melihat auranya yang mengundang suasana damai disekitarnya. Aku bertemu dengannya saat jam istirahat, tak sengaja ku menabraknya ketika aku berjalan sambil memakan roti selai strowberi favoritku, dia segera membantuku berdiri dan meminta maaf dengan sopan. Sungguh kisah cinta SMA yang kuharapkan layaknya kehidupan di film-film.

        Pagi aku bangun jam 04.00 dan bersiap untuk pergi ke sekolah bersama teman sekamarku. Tepat pukul 05.45 kami sudah bersiap meninggalkan asrama. Saat asik berbincang, tak sengaja aku berpapasan dengan Shure. Aku pun tersipu malu dan berlari kecil meninggalkannya, sungguh terheran temanku melihat tingkah lakuku yang tiba-tiba. Aku memulai hariku disekolah seperti biasa. Waktu pelajaran jam ketiga telah usai, aku menghabiskan istirahat bersama teman-teman akrabku. Tak terasa sudah menunjukkan waktunya jam pulang aku pulang sendirian saat sore hari karena adanya kegiatan.

        Pada malam hari, kami semua sudah kembali di kamar masing-masing. Tetapi karena aku bukan tipe anak penurut yang langsung tidur, aku mengobrol asik dengan teman kamarku. Awalnya kami mengobrol tentang kosmetik, fashion, tempat cafe murah, style pakaian masing-masing, sampai pada topik orang yang disuka. "Siapa sih orang yang kamu suka?" tanya temanku, jawabku "Shure" dengan tersipu malu.  Temanku terheran dan bersedih dengan apa yang kukatakan, dapat terlihat dari wajahnya yang mudah ditebak. Lalu aku tertidur setelah obrolan panjang yang melelahkan itu meninggalkan temanku yang masih bangun dan menangis sendirian. Tiba-tiba aku terbangun dari tidurku saat tengah malam. Shure, penggambaran dari imajinasiku tentang lelaki yang telah mati 4 tahun lalu, dialah ungkapan rasa sedihku akan ketidak relanya aku akan kepergian pacarku dulu. 

    

Pentigraf #2


Ternyata

            Aku terbangun dari sinar matahari yang menembus tirai kamarku, ditambah lagi suara Adi yang mendengkur terlalu keras dan dia terbangun karena suara jam weker. Sudah 2 tahun aku tinggal di asrama, sekamar bersama sahabatku Adi. Kami selalu menghabiskan waktu bersama, hanya saja ada yang membuatku agak risih dengannya. Yang pertama adalah suara dengkurannya yang keras dan yang kedua adalah suatu rahasia tentang kemampuan yang dimilikinya, yang dia katakan sangat luar biasa. Sampai saat ini aku tidak tahu apa kemampuan yang dimilikinya itu, dia tidak pernah memberitahuku selama 2 tahun ini,, tapi aku memutuskan untuk tidak memperdulikannya, karena ku kira dia hanya berkhayal.

        Aku menyapanya seperti biasa, akan tetapi ekspresi yang dia tunjukkan sangatlah berbeda. Saat mataku dan matanya bertatapan, aku melihat dia tertegun, seolah dia ketakutan kepadaku. Aku tidak mengerti, tapi pagi ini sungguh sangat aneh bagiku, karena aku bangun dengan kepala yang sakit sekali. "Kenapa?" tanyaku heran. "Ga.. Gapapa" dia menjawab dengan gugup, menatapku lagi dan segera bergegas mengambil handuk dan sikat gigi. Sekilas aku melihat matanya yang sembab, seperti orang yang habis menangis semalaman, entah ada apa dengannya. "Aku gak masuk kelas ya, tolong bilang saja kalau aku sakit" kataku kepada Adi dengan sedikit berteriak. Dia tidak menjawab, dia terdiam dan berlalu ke luar kamar seolah tidak peduli padaku. Memang dia anak yang pendiam, tapi dia tidak pernah secuek itu kepadaku. Pagi ini aku tidak ingin berpikir terlalu banyak, aku ingin kembali tidur.

        Saat aku bangun, waktu telah menunjukkan pukul 4 sore. Aku berpikir apa yang dilakukan Adi sampai sekarang, karena dia belum kembali ke kamar. Aku bergegas keluar kamar dan berniat untuk mencarinya. Sebagai sahabat yang baik aku akan bertanya tentang sikapnya yang aneh tadi pagi, mungkin dia ada masalah dan aku dapat membantunya. Tapi aku melihat banyak sekali anak asrama yang memakai baju hitam. Akupun heran dan mulai berpikir ada acara apa ini, mengapa semua memakai baju hitam. Dengan sedikit kebingungan aku mulai bergegas menuju ke pintu keluar asrama. Aku tertegun, terdiam, aku ketakutan dan hatiku terasa sakit. Aku melihat fotoku dan banyak bunga yang diletakkan di tiang listrik yang ada di depan asramaku. Tiba-tiba kepalaku mulai sakit dan banyak sekali ingatan yang masuk ke kepalaku. Akhirnya aku tersadar akan apa yang terjadi, aku teringat juga kepada Adi dan kemampuan spesial yang dimilikinya. Ternyata dia adalah anak indigo, gumamku sambil menangis di depan pintu asrama.

Kamis, 18 Agustus 2022

Pentigraf #1


 Tentang Siapa

   Saat itu di bulan Juli, aku bertemu dengannya. Seorang yang tak terlupakan walau saat itu ingatanku sungguh kabur. Tentang dia, seorang gadis berusia 16-20 tahun yang lebih tinggi dari aku. Parasnya yang tak dapat kugambarkan, kecantikannya yang dapat memalingkan pandangku dari duniaku. Rambutnya yang sependek bahu, sikapnya yang dewasa, kulitnya seputih susu, semua tentang dia terlihat baik.

    Kala itu aku bertemu dengannya di mall, dia yang begitu kukenal tapi tak dapat kuingat. Sungguh menyenangkan berada di sampingnya, serasa dia mengeluarkanku dari zona nyamanku dan dunia imajiku. Aku bertemu dengannya di lantai 2, berbincang-bincang, bermain permainan, makan bersama, menyelesaikan masalah bersama, layaknya orang kencan pada umumnya. Dunia serasa milik berdua kala itu. Tak kupedulikan orang lain disekitarku, kuhiraukan pandanganku dari mereka yang mengejarku, sungguh ku terpesona karenanya.

    Di hari itu, dia bilang akan memberiku 1 permintaan jika aku mau menolongnya. Ku bergembira karena perasaan dapat diandalkan, kubantu dia dengan segenap hati. Katanya "permintaan apa yang akan kau pinta?" jawabku dengan ragu "sebuah pelukan". Dia menyetujuinya. Lalu kupeluk dia sampai terjatuh, dia tidak marah atau mengerang kesakitan, tetapi dia justru memelukku balik. Sebuah perasaan hangat yang tiada nilainya, sungguh nyata semua kejadian itu dan terekam jelas di memoriku. Pelukan paling hangat dihidupku. Sungguh ku bersyukur bertemu dengannya. Namun, seketika aku terbangun dari mimpiku.